Jeep CJ-5 dan CJ-6 "Jeep Mambo"
Setelah sukses dengan Cj-3, Willys kemudian mulai mengembangkan generasi penerus dari CJ-3 selain karena untuk melakukan pembaruan teknologi Jeep sebagai mobil perang. Di Indonesia, mobil ini masuk ketika Jeep sudah berada di tangan Kaiser dengan importir yang bernama N.V. Indonesian Service Company. Brosur iklannya sendiri berbunyi "dari banjak "djip" dan "djip" jang betul betul ekonomis effisien adalah Jeep jang asli Jeep". Orang Indonesia mungkin lebih mengenal mobil ini dengan sebutan Jeep Mambo yang entah dari mana nama Mambo itu berasal.
Desain dan rancangan Jeep CJ-5 ini mengambil dari Willys M38A1 yang dipakai dalam perang di semenanjung Korea. Willys M38A1 ini memakai mesin Willys Hurricane 2200cc silinder yang terbukti sangat handal dimasa perang dunia kedua. Mobil ini pertama kali dibuat oleh militer Amerika pada tahun 1952 dan tidak dipakai lagi sejak 1971. Setelah perang Korea berakhir, pihak sekutu kemudian mengekspor Willys M38A1 ini ke berbagai negara termasuk Indonesia agar M38A1 yang tersisa tidak diteliti dan ditiru oleh pihak Korea Utara dan Soviet. Karena hanya berupa sisa perang, populasi M38A1 ini termasuk sangat sedikit.
Mesin yang dipakai Jeep Mambo ini masih sama dengan Jeep CJ sebelumnya dengan mesin Willys Hurricane. Mesin ini konfigurasi OHV 8 valve 4 silinder berkapasitas 2199cc dengan rasio kompresi 6,9 : 1 serta pasokan bensin dari karburator mampu menghasilkan tenaga sekitar 69Hp pada 4000Rpm dan torsi 147Nm pada 2000Rpm. Untuk transmisi yang digunakan, masih sekedar memakai gearbox Borg Warner T90 manual 3 speed dengan penggerak 4 roda part time dengan transfercase Dana 18. Selain itu, sebenarnya masih banyak pilihan mesin CJ5 ini. Namun sepertinya di Indonesia kebanyakan dan mungkin hanya versi inilah yang dijual disini.
Sebagai mobil turunan perang yang tentunya butuh reliability luar biasa, fitur-fitur ala mobil penumpang pada mobil ini hampir tidak ada. Salah satu fitur yang bisa dibanggakan pada mobil ini mungkin hanyalah starter engkolnya. Selain starter engkol, ada juga starter injaknya dimana kadang untuk menyalakan mobil ini harus tetap dibantu slenger (engkol). Sialnya, kalau antar kedua starter ini tidak sinkron, bisa-bisa orang yang ngengkol terhantam besi slenger. Walaupun agak berat tapi lebih aman untuk menyalakan mobil ini dengan slenger atau engkol tanpa bantuan starter injak. Kelebihan starter sistem ini adalah kala accu mati, mesin masih bisa hidup tanpa harus didorong. Lagipula rasanya aneh kalau harus mendorong mobil offroad ditengah hutan untuk menghidupkan mesinnya.
Walau dibuat untuk menggantikan CJ-3, namun CJ-3 masih dijual berdampingan dengan CJ-5 sampai sekitar 1968. Karena adanya permintaan, Jeep kemudian membuat CJ-5 dengan sasis yang lebih panjang. Versi sasis panjang Jeep CJ-5 ini kemudian dikenal dengan nama Jeep CJ-6. Jeep Mambo sasis panjang ini lebih panjang sekitar 20 inch atau sekitar 508mm dari Mambo sasis pendek. Secara bentuk maupun fiturnya masih sama persis dengan CJ-5.
Jeep ini sempat memiliki julukan Jeep Malaria selain nama tenar Jeep Mambo. Disebut Jeep Malaria karena jaman dulu, wilayah pelosok Indonesia terkena wabah malaria. Untuk menangani wabah malaria ini, pemerintah mendapat bantuan dari UNICEF berupa mobil Jeep CJ-5 dan juga motor Harley Davidson SS 125 yang kemudian dipakai oleh Depkes untuk merawat dan menangani mereka yang tinggal dipelosok. Ciri khas Jeep bantuan UNICEF ini adalah berwarna hijau tosca dengan stiker UNICEF dan tangan berjabatan pada pintunya.
Spesifikasi Jeep CJ-5 dan CJ-6 "Jeep Mambo" ini adalah sebagai berikut:
Spesifikasi Jeep CJ-5 dan CJ-6 "Jeep Mambo" | |
---|---|
Jenis | Jip |
Tipe | CJ-5 (SWB) CJ-6 (LWB) |
Mesin | Willys Hurricane OHV 2200cc |
Bore X Stroke | 79.3 X 111.1 mm |
Sistem Bahan Bakar | Karburator |
Transmisi | Manual 3 Speed |
Wheelbase | 2.057 mm (CJ-5) 2.565 mm (CJ-6) |
Panjang | 3.510 mm (CJ-5) |
Lebar | 1.740 mm (CJ-5) |
Tinggi | 1.720 mm (CJ-5) |
Gan ane cari transmisi cj 6 jeep mambo. Ada bggak
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDelete